500 Penambang Pasir Tradisional Tolak Alat Berat

Lumajang, Memo_Sedikitnya, ada 500 warga penambang pasir manual di wilayah Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro menolak kedatangan truk trailer yang mengangkut alat berat jenis Backhoe (begho) masuk ke area penambangan. Selain alat berat itu dianggap tidak berijin, ditakutkan akan mengurangi penghasilan dari para warga penambang manual.
Backhoe

Jumat (11/9), sekitar pukul 11.00 WIB. Pada pintu masuk area penambangan pasir  galian C di Dusun Krajan 2, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro. Sebelumnya, para warga penambang pasir manual itu sudah mendengar jika akan ada alat berat yang dioperasikan di wilayah penambangan.

Mendengar hal itu, para penambang pasir yang jumlahnya ratusan warga tersebut langsung tersinggung dan marah. Sebagai bentuk penolakannya, merekapun akhirnya berjalan kaki dari tempat penambangan menuju pertigaan pintu masuk area. ”Pokoknya segala bentuk alat berat tidak boleh masuk sini,” teriak puluhan penambang.

Tak lama kemudian, apa yang dikawatirkan ternyata benar. Siang itu, ada truk trailer mengangkut  begho yang mencoba masuk ke area penambangan pasir tersebut. Mengetahui hal itu, ratusan warga itupun beramai-ramai mendekati truk trailer sambil menyuruhnya pergi. ”Jangan taruh sini, ayo bawa pergi,” teriak para penambang.

Melihat jumlah penambang yang mencapai retusan orang, pengemudi truk berikut beberapa pengawalnya tidak bisa berbuat banyak dan menuruti apa yang menjadi kemauannya. Ironisnya, siang itu tidak nampak satupun anggota kepolisian yang berseragam di lokasi kejadian. Padahal, aksi tersebut rawan pertikaian.

Seandainya jumlah pengawal dari trailer itu banyak, mungkin akan terjadi pertengkaran,” terang salah satu warga setempat yang menyaksikan aksi demo tersebut. Sementara itu, nampak para ibu-ibu penjual makanan di lokasi penambangan juga ikut turun ke lapangan sambil ikut teriak mengusir truk trailer tersebut.

Simpan Sabu, Juragan Besi Diringkus

Karsono (48), salah satu kordinator pengusiran alat berat tersebut mengatakan, jika kedatangan alat berat itu tidak berijin dan tidak punya aturan. Pasalnya, pihak pemilik dari alat berat tersebut tidak memberitahukan dulu kepada para penambang. “Kami merasa tidak diajak berunding, tiba-tiba mendatangkan alat berat. Terus terang kami tersinggung,” ujarnya kepada sejumlah wartawan.

Selain itu kata dia, alat berat tersebut akan mematikan mata pencaharian para penambang manual. Sebab kalau sudah menggunakan alat berat untuk mengeruk pasir, secara otomatis para penambang tidak akan difungsikan. “Intinya kami menolak dengan kedatangan alat berat ini,” tegasnya.

Siang itu, para penambang melakukan konvoi dengan mengendarai sepeda motor untuk mengantar alat berat tersebut sampai di Desa Jarit, Kecamatan Candipuro. Tak hanya itu, ibu-ibu juga ikut naik di atas truk trailer sambil teriak tolak alat berat. “Kami menolak kedatangan alat berat ini,” teriak mereka bergantian di atas truk trailer. (tri)